Indonesia Ajukan Diri Menjadi Tuan Rumah AI Global South Forum

Indonesia menyelesaikan Penilaian Kesiapan (Readiness Assessment Methodology) untuk Artificial Intelligence (AI) yang direkomendasikan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
Penyelesaian Readiness Assessment Methodology ini membuat Indonesia menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang menyelesaikannya. Penilaian ini merupakan langkah strategis dalam membangun Tata Kelola AI yang lebih beretika dan inklusif.
Indonesia merilis Readiness Assessment Methodology untuk AI ini pada 27 Mei 2024 dan difinalisasi pada akhir tahun 2024. Hasil Readiness Assessment Methodology ini memberikan peluang baru untuk memberdayakan masyarakat dan ekonomi digital.
Laporan Readiness Assessment Methodology - AI menyoroti beberapa bidang, diantaranya dampak sosial dan ekonomi yang diakibatkan teknologi AI. Kekhawatiran utama muncul terkait pergeseran lapangan kerja, terutama di daerah pedesaan, sementara masyarakat perkotaan menekankan adopsi AI yang etis dan bertanggung jawab.
Selain itu, Laporan ini juga menyoroti kesenjangan dalam akses informasi yang dapat memperkuat potensi bias dan diskriminasi, serta merangkum catatan bahwa penelitian AI di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara-negara tetangga, menghambat perkembangan teknologi di Tanah Air.
Laporan ini merekomendasikan pengembangan regulasi yang memastikan Tata Kelola AI yang beretika sesuai dengan standar global, serta pembentukan Badan Nasional Kecerdasan Artifisial untuk memperkuat koordinasi lintas sektor.
Baru-baru ini, pada 11 Februari, 2025, Indonesia mengajukan diri menjadi tuan rumah penyelenggaraan AI Global South Forum. Forum yang diselenggarakan UNESCO itu menjadi wahana pengembangan dan pemanfaatan teknologi kecerdasan artifisial atau Artificial Intelligence (AI) bagi negara berkembang di Asia, Afrika, dan Pasifik Selatan.
Nezar Patria, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (KOMDIGI), menyatakan usulan ini dilatari keberhasilan Indonesia menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang berhasil menyelesaikan Readiness Assessment Methodology (RAM) UNESCO.
“Keberhasilan ini adalah bukti komitmen Indonesia dalam mengembangkan ekosistem kecerdasan artifisial (AI) yang bertanggung jawab dan beretika,” ungkapnya usai pertemuan dengan Asisten Direktur Jenderal Bidang Ilmu Sosial dan Humaniora UNESCO Gabriela Ramos di Kantor UNESCO, Paris Prancis.
Menurut Nezar Patria, pencapaian Indonesia dalam implementasi RAM menjadi salah satu pertimbangan dan bukti nyata kerja sama yang baik dengan UNESCO.
Tags
Redaksi
"Redaksi adalah nama penulis yang digunakan untuk mempublikasikan artikel yang ditulis secara bersama di redaksi RAWAT.ID."
